Sabtu, 23 Agustus 2008

Bhineka tunggal Ika!






Selamat datang di kaki gunung tambora..
selamt datang di desa Pancasila...
Bhineka Tunggal Ika sekali bukan nama desa ini?



konon katanya.... nama desa ini diambil dari suku-suku penduduk yang tinggal disana...
kebetulan ada 5 suku yang paling dominan tinggal di desa tersebut..
" Bima, Jawa, Bugis, orang-orang timur indonesia, dan sasak", selain itu karena ingin memupuk rasa nasionalisme juga, hari itu kami datang sekitar pukul 3 sore. Para penduduk masih ramai, terutama para pejabat desa yang sedang mempersiapkan Pilkada keesokan harinya. ingin sekali rasanya mengambil momen-monen pemilihan Kepala Desa di kaki pegunungan, sayang waktu tidak mengijinkan, karena kami dikejar jadwal dan kami harus berangkan besok Subuh.

untuk sekedar informasi, saat ini saya sudah mulai lupa akan kalender kabisat, yang saya ingat hanya kami mendaki gunung Tambora ketika bulan sabit meruncing di langit.

kekecewaan itu pun sedikit terobati. malam itu kami melihat pemandangan yang menakjubkan. Mungkin kalian tahu bahwa Pulau Sumbawa terkenal dengan madu hutannya. Malam itu kami melihat sendiri pengambilan MAdu hutan oleh beberapa petani madu tradisional.

Seperti semua pekerja tradisional. mereka bekerja tidak dengan standar operasi yang bisa disebut aman jika dibandingkan dengan standar Internasional. tapi toh, pekerjaan itu tetap mereka lakukan, walau nyawa taruhannya. Sebagian memang melakukannya karena merupakan tradisi, walau berbahaya. Tapi, toh sebagian besar melakukan pekerjaan tradisional itu karena minim nya modal, pendidikan, dan sentuhan teknologi.

Matahari sudah mulai merapat ke cakrawala, bahkan pemanjat sekelas Patrick Morrow ataupun Reinhold Messner pun akan menghentikan pemanjatan ketika matahari mencegah mereka untuk melihat tebing yang akan mereka panjat. Itu pun dengan segala macam perlengkapan canggih yang di produksi oleh merek-merek terkenal, yang terjamin keamanannya. Toh para pekerja tradisional ini tetap memanjat pohon yang menurut perkiraan saya mencapai 20-25 meter itu, TANPA TALI!.

ehehe, sebetulnya, saya akui saya berbohong, mereka membawa tali. tapi bukan unutk alasan keselamatan. mereka hanya membawa seutas tali rafia plastik yang biasa kita gunakan untuk menjemur pakaian. Tali itu hanya berguna untuk menurunkan sarang lebah yang tergantung jauh dia atas pohon.

Tali Rafia, Ember, dan obor untuk mengusir lebah-lebah itu dengan asapnya.yang kemudian yaah kami beli dengan harga 25 ribu rupiah unutk satu botol air mineral 600ml. cukup murah unutk sesuatu yang diambil dengan meletakan nyawa mereka di ujung tanduk.

untuk saat itu kami terkagum-kagum. dengan kemampuan mereka, dan tentu saja karena harga yang relatif murah untuk sesuatu yang begitu berharga. madu itu diperas di depan mata kami sendiri. setidaknya kami tahu, madu itu tidak dicampur seperti madu-madu palsu di luar sana.

lagi-lagi pengalaman indah saya alami, betapa beruntungnya saya menjadi orang Indonesia.
















Tidak ada komentar: