Minggu, 31 Agustus 2008

CAST AWAY , Resiko Ber-bohemian Ria.



Akhirnya waktu juga yang harus memaksa kami pulang.Matahari yang hampir padam terendam air laut di barat sana, dan gelombang yang semakin menggila memaksa kami pulang. Mungkin kami belum puas, tapi zona nyaman ini tak boleh menghambat perjalanan kami. Kami segera pulang, dan yang kami harapkan tak pernah terjadi terjadi juga. (berlanjut ke cerita berikutnya)

…………(jangan tersinggung, pembicaraan ini sedikit meniru rekaman black box adam air, padahal saat itu media belum menyiarkan rekaman yang menurut saya tidak etis untuk disebarkan secara luas itu.)

(Beberapa kalimat sudah di translasi ke bahasa percakapan Indonesia sehari-hari)

ABK 1: kok ngadat ya?

ABK 2: oh, kemudinya lepas, bentar, saya betulin dulu

…….brum…..brumm…… (kapal kembali jalan)
………hening……..(kapal mulai mati)

ABK 2: dek tolong bantu saya, pake sarung ini untuk menutupi mesinnya biar ga kemasukan air

Ojan dan Adin : oke pak!

…….brum…..brumm…… (kapal kembali jalan lagi)
………hening……..(kapal mulai mati lagi)

Cipto : waduh..gak papa nih pak?
ABK 1:
tenang aja dek…
ABK 2:
mesinnya basah nih…!
Ojan :
ga bakal mati kan kita…!?

……kapal terombang-ambing sekitar 100 meter dari pantai………

Gepeng :duh, belum mau mati gua!
Cipto : waduh…waduh….! Kalo kita hanyut sampe australi gimana?
Yudo: cuy, gw belon kawin nih

…..kapal masih terombang ambing…..

Tonte, fikri, awo : (kami memilih bernyanyi ala airborne di film Band of Brothers)

“Droooowninggg, drooowwniinngg…….
What a hell of way to dieeee………
Droooowninggg, drooowwniinngg…….
What a hell of way to dieeee………
We ain’t gonna swim no moooorreeeeee”

(Diulang beberapa kali dengan nada bahagia yang pastinya membuat semua menjadi semakin panik)

Gepeng, Adin, & bayu : eh, jangan becanda donk, serius nih!

……….kapal tetap terombang-ambing…………
………KAPAL MULAI MIRING…………..

Ojan : anjrit….anjrit….. ngepet….. apa dosa gw…..
Zack : jan! tadi lo mohon apa sih di danau? (muka serius)
Iwan : tetet diem dari tadi…(mungkin stress)
ABK 1 :lempar jangkar! Lempar jangkar…..!
ABK 2 : *melempar jangkar*

……mereka berdua berusaha memperbaiki mesin yang rusak itu……
……kapal bergerak tidak jelas juntrungannya……
(….miring? pasti! Jangan bertanya…….)

Tonte, fikri, Awo : *tetap bernyanyi*
Awo : mati ya sudah…………
Tonte : MELLLLLLL….. trus di ralat….. NIAAAAAAA……. (masih belum sadar dalam kondisi darurat)
Fikri : hahahhahahaha…………..

……kapal terbawa arus ke pantai….
(mulai lega)
……kapal menghantam karang-karang……
(kembali panik)

Adin : gak papa nih pak kena karang?
Yudo : ga bocor pak?
ABK 1&2 : tenang aja, kuat kok……

….Kapal merapat ke pantai….
(kami terpaksa turun untuk reparasi kapal)

Cipto : mesinnya ya pak? (macam mengerti mesin kapal)
ABK 2 : bukan dek, bocor…(nah lo! Katanya kuat?)


Ketika kami dipaksa menginap

Ketika itu pukul tujuh malam Kapal yang kami tumpangi bocor dan kemungkinan untuk menginap sangat besar. Semua sempat panik, bukan karena takut mati. Tapi lebih karena kami tidak merencanakan unutk menginap. Dan kudapan yang kami bawa sudah habis. Kami tahu dengan pasti bahwa Rongrongan perut bisa menjadi salah satu penyebab konflik bagi kami.

21.00, Untung sinyal telepon selular masih mencapai pulau itu.kedua pemilik kapal itu menghubungi teman nya dan berkata bahwa kita akan akan dijemput nelayan lain yang menggunakan kapal bagang. Setelah beberapa jam menunggu nelayan yang dimintai bantuan member kabar buruk karena pantai dimana bangang itu “parkir” surut dan kapal tidak bisa menjemput kami.



handphone tetap menjadi barang primer disini

Bukan kabar baik bagi kami pastinya. Tapi ternyata ada nelayan lain yang mencoba menjemput kami dengan kapal yang memiliki ukiran yang sama dengan kapal yang kai tumpangi. Kesenangan itu ternyata tidak datang juga. Kapal yang kami harapkan menjemput kami bocor dan terpaksa pulang juga. Dan kapal itu hanya berjarak 100meter dari tepi pantai. Rasa lapar yang tertahankan lagi membuat kami harus mengumpulkan kerang-kerang di sekitar pantai untuk kami bakar di api unggun. Untung saja kapal yang terakhir karam itu membawa nasi seadanya untuk kami. Sebuah pengalaman yang mengesankan bukan?

Ternyata pengalaman itu tidak berkahir di situ, sekitar pukul 21.30, kami dibuat berdecak kagum sekali lagi oleh alam. Ratusan, ribuan, bahkan mungkin puluhan ribu kelelawar keluar dari pulau itu. Berterbangan di langit seperti burung gagak yang terbang berkeliaran di sekitar korban-korban kelaparan di Ethiopia dulu dan menunggu kami mati. tapi kami tahu bahwa kelelawar hanya makan buah-buahan. Setidaknya karena itu mereka disebut fruit bats.

“mereka terbang berkeliaran melintasi bulan yang saat itu hampir purnama…
Mereka membantu saya membuat sebuah lukisan dari cahaya……
Dan ketika itu lah saya teringat pada gambar gambar di komik…
Gambar-gambar ketika Inspektur Gordon, membutuhkan bantuan sang ksatria Gotham”




batman

Kekaguman itu pun harus berhenti juga. Rasa kantuk memaksa kami untuk mengistirahatkan mata kami yang mulai lelah. Selain itu tidur merupakan obat yang bagus. Obat untuk membunuh waktu, dan mendiamkan perut yang merongrong.


wajah kusut


Pagi datang, muka kami semua berantakan. Rasanya seperti tom hanks, sayang kami tak punya bola voli untuk diajak berbicara. Untung tim ini terdiri dari tiga belas orang yang masih bisa berbicara satu sama lainnya. Ketika itu lah kapal BASARNA (Badan SAR Kananga..:P) datang. Dua buah kapal datang. Satu kapal kecil dan satu kapal bagang menjemput kami. Rupanya ayah Ela khawatir pada kami yang tak pulang semalam dan meminta kawannya yang memiliki kapal untuk menjemput kami.





tim penolong

Mungkin sebenarnya pengalaman kami semalam tidak se-ekstrim itu.
Mungkin kami masih berada di zona aman karena sinyal telepon masih mencapai pulau itu.
Mungkin kami sedikit melebih-lebihkan semuanya.
Mungkin bila kami menyiapkan perbekalan yang lebih baik kami tidak akan panik.
Tapi mungkin tak satu pun dari kami menyesali apa yang terjadi malam itu.
Karena setiap kejadian di dunia ini memiliki pelajaran.

Karena seseorang pernah berkata pada saya “dari setiap tindakan dan pilihan selalu ada dampaknya. Baik atau buruk itu tergantung dari cara kita berpikir atas kejadian tersebut.

Dan saya sendiri tidak pernah menganggap kejadian malam itu sebagai musibah.

Justru anugerah

(bukan lirik changcutters)




Tidak ada komentar: